Tak sedikit
lahan-lahan perkotaan yang dulunya persawahan dan perkebunan kini
berubah menjadi areal perumahan dan perindustrian. Ini membuktikan jika
para pemilik lahan menganggap hasil dari bertani sudah tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Apa yang harus dilakukan?
SELAMA ini harga jual hasil pertanian terkadang tidak memadai dengan tingginya biaya operasional.
Ini menjadikan sebagian petani berpikir dua kali untuk menjalankan kegiatan sebagai petani hingga akhirnya mereka beralih ke bisnis lainnya.
Ini menjadikan sebagian petani berpikir dua kali untuk menjalankan kegiatan sebagai petani hingga akhirnya mereka beralih ke bisnis lainnya.
Menurut beberapa pebisnis tanaman buah-buahan,
jika dijalankan dan dikonsep dengan baik, berkebun atau bertani bisa
menjadi sebuah bisnis yang sangat menguntungkan.
“Namun, sebenarnya jika dikonsep dengan benar
ternyata bertani ataupun berkebun juga bisa menjadi sebuah bisnis yang
sangat menguntungkan. Mungkin dengan cara mengembangkan teknik bertani
untuk meminimalisasi operasional hingga memperbesar hasil panennya,”
demikian diungkapkan Misca Ariana Dana, pemilik usaha tanaman
buah-buahan Palasari Green di Renon.
Menurutnya, untuk meningkatkan hasil pertanian
tampaknya varietas tanaman yang dikembangkan juga mempengaruhi besar
kecilnya keuntungan. “Kita harus bisa melihat peluang pasar dengan
varietas tanaman yang masih langka serta besarnya kebutuhan pasar.
Sepertinya di antara varietas tanaman yang berpotensi besar diserap
pasar, buah-buahan unggul bisa dijadikan sebagai solusinya untuk
memaksimalkan hasil lahan pertanian,” ucapnya.
Menurutnya, asalkan dikonsep dengan baik
sebenarnya bertani cukup besar keuntungannya, apalagi jika bisa
mengembangkan varietas yang langka dan sedang dibutuhkan pasar.
Dicontohkan Made Supala, pembudi daya tanaman
buah unggul dalam menganalisa berkebun jambu citra. Misalkan harga bibit
jambu citra dalam polibag di pasaran berkisar Rp 75 ribu. Untuk 1
hektar lahan dengan penanaman berjarak 7 meter membutuhkan 204 pohon.
Menurutnya, jambu citra yang penanamannya mulai ukuran polibag
membutuhkan waktu hingga 2 tahun baru bisa mulai panen.
Pada usia muda, sejak awal berbuah jambu citra
bisa menghasilkan 50 kg setiap pohonnya, atau total panen mencapai
10.204 kg per hektar. Jika misalnya harga jambu citra Rp 10.000, nilai
yang dihasilkan pada usia muda ini mencapai Rp 102.040.000/hektar/panen.
Untuk pohon yang mencapai usia dewasa panennya bisa mencapai 200 kg per
pohon atau mencapai 40.816 kg per hektar dengan nilai yang dihasilkan
Rp 408.163.265. Sedangkan untuk jambu citra masa panennya bisa 2 kali
dalam setahun.
Biaya awal yang diperlukan selain lahan kita juga
harus mempersiapkan 204 bibit jambu citra. Jika dikalikan Rp 50.000,
modal bibit mencapai Rp 10.200.000. Kita juga harus mengeluarkan biaya
perawatan selama 2 tahun sambil menunggu masa mulai berbuah.
Selain itu untuk memaksimalkan hasil panen perlu juga membungkus buah agar aman dari serangan penyakit, dan mengenai biaya bungkus dan tenaga pembungkus tiap masa panennya berkisar Rp 5.000.000.
Selain itu untuk memaksimalkan hasil panen perlu juga membungkus buah agar aman dari serangan penyakit, dan mengenai biaya bungkus dan tenaga pembungkus tiap masa panennya berkisar Rp 5.000.000.
Jika melihat kalkulasinya, dari beberapa kali
panen awal sudah bisa menutup biaya operasional. Selanjutnya kita akan
menikmati hasil secara kontinu dengan nilai yang cukup besar untuk usaha
perkebunan. Dengan analisa biaya dan hasil dalam berkebun jambu citra
ini mungkin para pembaca bisa berkalkulasi untuk berani menjalankannya.
Dikutip dari Binis Bali