Indonesia kaya akan tanaman buah-buahan. Namun, sungguh ironis, buah-buahan asal Indonesia dikembangkan negara lain. Kenapa?
Berikut laporannya.
Berikut laporannya.
BANYAK tanaman tumbuh subur di Indonesia . Hampir masing-masing daerah di Indonesia memiliki tanaman lokal.
Namun, banyak plasmanuftah Indonesia yang dikembangkan negara lain seperti kecapi jadinya kecapi bangkok, bidara laut di negara lain menjadi putsa, jambu rata menjadi jambu jamaika, durian tanpa duri dari Lombok serta tanaman lainnya banyak dikembangkan di negara lain.
Namun, banyak plasmanuftah Indonesia yang dikembangkan negara lain seperti kecapi jadinya kecapi bangkok, bidara laut di negara lain menjadi putsa, jambu rata menjadi jambu jamaika, durian tanpa duri dari Lombok serta tanaman lainnya banyak dikembangkan di negara lain.
Menurut Made Supala, pengembang dan pembudi daya
buah unggul, selama ini cukup banyak ditemukan plasmanuftah yang luar
biasa yang kita miliki. Contohnya, tanaman buah durian pelangi, serta
durian tanpa duri asli Lombok dikembangkan khususnya di Thailand .
Dikatakan, tanaman buah yang dikembangkan oleh
petani di luar negeri tersebut dengan teknologi pertanian dan pascapanen
yang baik bisa berproduksi sepanjang bulan serta tahun dan dari segi
rasa juga cukup baik.
Supala melihat, sektor pertanian dan pengembangan
tanaman buah-buahan belum sepenuhnya mendapat perhatian dari pemerintah
sehingga petani dan pembudi daya tanaman kalah dari segi teknologi,
kontinuitas, produksi dan lainnya. "Teknologi pertanian yang mereka
miliki cukup baik sehingga dari segi produksi bisa sepanjang bulan serta
tahun," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Komang Ariana Dana,
pemilik Palasari Green, penjual tanaman buah langka di bilangan Hayam
Wuruk, Denpasar. Buah-buahan lokal saat ini sudah mulai langka. Namun,
negara lain justru mengembangkan buah-buahan lokal yang ada di Indonesia
.
Dalam penuturannya, Ariana mengaku sedih, sebab
tanaman lokal justru "dibajak" dan dikembangkan oleh bangsa lain. "Kita
contohkan seperti jambu mutiara. Tanaman itu merupakan tanaman asli
Indonesia . Namun yang mengembangkan justru Thailand . Begitu juga
dengan matao coklat buah asli Papua, kecapi, durian tanpa duri dan
lainnya," ungkapnya.
Dia melihat, sektor pertanian di negara lain
seperti Thailand menjadi prioritas serta memperoleh subsidi berupa
teknologi pertanian, maupun pascapanen, penelitian yang intensif, serta
benar-benar diperhatikan oleh pemerintahnya. "Di negara kita, pertanian
disepelekan," ujarnya.
Perkembangan buah-buahan kita juga masih jauh
dibandingkan negara lain. Hal itu bisa dilihat dari segi pasar yakni
buah-buahan impor mendominasi. "Kalau saya lihat di pasaran hampir 70
persen yang dijual merupakan buah impor, sisanya baru buah lokal,"
ungkap Ketut Darmawan, pengembang pertanian organik serta pemembina
petani organik dan pemilik UD Darma Puri Farm.
Dia melihat, dari segi teknologi petani luar
negeri unggul dan mereka bisa membuat komoditi-komoditi yang tidak
mengenal musim. Di Bali petani lebih banyak tergantung pada musim,
sehingga harga buah-buahan lokal tidak stabil.
"Jika panen, harga akan anjlok, begitu pula jika
tidak panen harga akan mahal. Sementara harga buah impor cenderung
stabil," imbuhnya.
dikutip dari bisnis bali,24 Juli 2012.