Cara Bertani Cerdas

Buah Unggul. Diberdayakan oleh Blogger.
Melihat perkembangan pertanian khususnya buah di Bali yang belum maksimal, membuat pria yang dulunya sebagai penyuluh pertanian dan selalu bergelut dengan petani ini tertarik untuk menjadi pemulia buah unggul.

”Yang diperlukan petani untuk mengembangkan pertanian mereka adalah varietas unggul. Tetapi dalam kenyataannya varietas unggul tersebut hampir tidak ada yang mengembangkan, akhirnya saya mencoba melakukan penelitian pada tahun 1998,” ungkap pria kelahiran Singaraja, 15 September 1955 ini.

Dalam penelitian awal tersebut, dirinya berusaha mencoba membuat varietas buah unggul yang cocok dikembangkan di Bali. Akhirnya, dirinya bergaul ke mana-mana mencari buku tentang cara menyilangkan buah, mengikuti berbagai seminar, bahkan mengunjungi LIPI.

Dari seminar serta petualangannya mempelajari cara memuliakan buah tersebut, menurut pria yang mengaku tidak pernah sekolah pertanian ini, akhirnya baru sadar bahwa pertanian potensinya besar. Karena itu dirinya kemudian mencari silabus tentang pemulian tanaman ke IPB Bogor. Dengan mencari silabus, ternyata dari silabus serta buku-buku yang dipelajari dirinya membuat percobaan-percobaan.

”Saya melakukan penelitian secara bertahap. Syaratnya harus tekun, tabah tidak bisa instan dalam percobaan yang saya lakukan,” ujar orangtua dari Gede Suriksiawan ini. 

Akhirnya dengan kesabaran serta ketekunannya, bapak satu anak ini mengetahui bagaimana menyilangkan jenis buah dalam satu family menjadi buah unggul meskipun secara konvensional. 

Pertama-tama dirinya melakukan percobaan menyilangkan buah srikaya ke kebun-kebun petani di Singaraja daerah potensi buah. Berusaha sambil sedikit demi sedikit melakukan pengembangan untuk dijual. ”Srikaya yang paling pertama saya silangkan dan sampai sekarang masih sambil mengumpulkan plasma nutfah buah lainnya seperti nangka, jeruk, dan jambu. 

Dalam mengembangkan buah-buah unggul dirinya tidak terlepas juga dari beberapa permasalahan yang dihadapinya. Masalah pokok yang pernah dialaminya dalam mengembangkan buah-buahan unggul antara lain keterbatasan lahan. Sebab, dalam mengembangkan plasma nutfah yang banyak memerlukan kebun yang luas pula. 

”Keterbatasan lahan menjadi kendala, karena saya masih bertahap maka saya atasi dengan menaruh ke kebun-kebun petani. Petani mengambil buah saya mengambil bunganya saja,” kata suami dari Luh Suastiti ini. 

Kebun itu juga seleksi tanaman dan harus dipantau hingga panen untuk mengetahui hasilnya mana yang paling bagus mana yang tidak. Untuk mengetahui keberhasilan menyilangkan buah tersebut memerlukan waktu yang cukup lama bertahun-bertahun.

Dalam mengembangkan buah unggul tantangan lainnya yaitu bunga. Misalkan pohon A serta pohon B kalau tidak berbarengan berbunga sulit untuk disilangkan. Tantangan lainnya, setelah tercipta varietas unggul tantangan selanjutnya adalah pasar. Karena ini baru dan tidak dikenal, permintaan awalnya masih sedikti, tetapi lama kelamaan ternyata permintaannya cukup bagus. 

Karena belum dikenal, dirinya sering membawa buah yang dihasilkannya ke swalayan langsung serta pasar tradisional. Bahkan respons sangat bagus, malah ditantang oleh salah satu swalayan besar di Bali untuk memproduksi dalam jumlah besar. 

”Pasarnya bagus, cuma mau tidak petani tekun serta bekerja keras untuk bisa menghasilkan buah yang alami jumlah yang dibutuhkan pasar,” katanya. 
 
Di antara varietas tanaman yang berpotensi besar diserap pasar, buah-buahan unggul bisa dijadikan sebagai solusinya untuk memaksimalkan hasil lahan pertanian. ”Asalkan dikonsep dengan baik sebenarnya bertani cukup besar keuntungannya. Apalagi jika kita bisa mengembangkan varietas yang langka dan sedang dibutuhkan pasar,” ujarnya. 

Hasil buahnya yang berkualitas menjadikan alasan utama untuk bisa membidik pasar. Selain itu beberapa jenis buah unggul juga bisa diatur masa panennya sehingga kontinuitas panen bisa diatur. “Mengenai pola dan masa panen, beberapa varietas buah bisa diatur sehingga kita bisa menikmati panen secara berkala,” ujarnya.
Sementara mengenai harga yang jelas akan lebih mahal ketimbang buah biasanya karena hasilnya lebih berkualitas.

Foto Buah Unggul, artikel dikutip dari bisnis bali, 21 Des 2010.