Jambu bol bulat asal Papua temuan Karim Aristides berbobot hingga 400 g per buah dan berdaging tebal |
Pohon jambul bol bulat asal Papua banyak ditanam di halaman rumah warga |
Buah Unggul - Jambul bol asal Papua bersosok besar dan berdaging tebal. Potensial dikembangkan.
Saat menyusuri jalan Argapura, Kota Jayapura, Provinsi Papua, Karim
Aristides mengurangi laju mobil, lalu menepi di depan sebuah lapak
buah-buahan. Ia menghentikan mobil lantaran penasaran pada tumpukan buah
sekepalan tangan orang dewasa. Buah itu berbentuk bulat dan berwarna
hitam. Di antara tumpukan buah itu, dua buah di antaranya berbobot
mencapai 400 gram per buah.
Karim lantas membelah salah satu buah. Begitu terbelah tercium aroma
khas jambu bol Syzygium malaccense. Ia menuturkan ciri khas jambu bol
juga terasa dari tekstur daging buah yang lembut seperti kapas dan
berair jika buah sudah matang. “Kalau buah yang belum terlalu matang
teksturnya renyah. Rasa buah matang manis sedikit masam sehingga
menyegarkan,” ujarnya. Menurutnya baru kali itu ia menjumpai jambu bol
seperti itu.
Karim lalu meminta alamat pemilik pohon kepada penjual buah. Ia lalu
menyambangi pohon itu. Saat itu, pada 2010, beberapa dompol buah masih
tersisa bergelayut di pohon. “Bentuk daunnya memang mirip dengan jambu
bol, tapi lebih panjang, bisa mencapai 40—43 cm. Daun jambu bol di Pulau
Jawa dan Sumatera rata-rata hanya 25 cm,” ujar penemu durian pelangi
papua nan cantik itu. Sayang, si empunya pohon melarang Karim memanjat
pohon untuk memotret buah. Ia pun hanya membeli beberapa buah untuk
dibawa ke rumah. Karim pun urung menelusuri lebih lanjut asal-usul buah
itu. Ia berpikir mungkin di Pulau Jawa dan Sumatera jambu bol seperti
itu juga ada.
Jambu bol di tanahair lazimnya berbentuk lonceng dan berwarna merah cerah |
Dua tahun berselang hasrat untuk menelusuri keberadaan jambu bol unik
itu kembali menggebu setelah Karim mengirim foto jambu bol itu ke
beberapa ahli buah. Salah satunya peneliti Balai Penelitian Tanaman Buah
Tropika, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian
Pertanian, Panca Jarot Santoso SP MSi, dan Dr M Reza Tirtawinata MS dari
Taman Wisata Mekarsari. Kedua ahli itu berpendapat sama: belum pernah
melihat jambu bol seperti itu. Begitu juga dengan ahli Botani di Bogor,
Jawa Barat, Gregori Garnadi Hambali, saat Trubus memperlihatkan foto
jambu bol papua itu. “Saya pernah lihat jambu bol asal Papua yang juga
berwarna hitam, tapi bentuknya lonceng, bukan bulat,” ujar Greg Hambali.
Berbagai pendapat itu menguatkan dugaan Karim jika jambu bol itu
merupakan buah endemik Papua. “Tadinya saya menduga jambu bol itu juga
tersebar di kawasan timur Indonesia. Tapi, saat saya berkunjung ke
Ternate dan Halmahera, Maluku Utara, baru-baru ini, saya tidak menemukan
satu pun jambu bol bulat,” kata Karim.
Pada Mei—Juni 2013 Karim pun kembali menelusuri lokasi pohon. Ia
berkeliling ke kawasan Jayapura, Abepura, Depapre, hingga Sentani.
Ternyata populasi jambu bol itu cukup banyak. “Hasil pengamatan saya 95%
jambu bol yang ditanam warga bukan jenis lonceng yang kerap ditemukan
di Pulau Jawa dan Sumatera, tapi yang bulat,” kata pria 49 tahun itu.
Sayang, saat penelusuran kali itu sebagian besar buah masih pentil, baru
sebesar jempol orang dewasa.
Pada kunjungan berikutnya Karim tidak sampai menemukan buah matang
karena hampir seluruh pentil itu rontok akibat terpaan air hujan.
“Mungkin karena anomali cuaca, sampai saat ini curah hujan di Jayapura
dan sekitarnya masih tinggi,” kata Karim. Baru pada 3 Juli 2013 Karim
menemukan pohon berbuah lebat yang tumbuh sekitar 30 m dari pantai
Base-G, Jayapura Utara.
Pohon itu tumbuh di halaman rumah Emses Yoku, di antara pohon kelapa
dan mangga. Pada beberapa cabang sekunder tampak dompolan buah. “Buah
yang terbesar mencapai 320 g per buah. Padahal, si pemilik pohon tidak
pernah memberi pupuk,” ujarnya. Menurutnya pohon itu bisa dijadikan
pohon induk karena dapat berbuah lebat saat pohon lain buahnya rontok
akibat cuaca tidak menentu.
Karim pun memborong beberapa kilogram buah. Ia lalu mengirimkan buah
itu ke beberapa kolega di berbagai daerah seperti penangkar buah di
Bali, Made Supala, dan Hendro Suparman di Pontianak, Kalimantan Barat.
“Saya ingin meyakinkan jika jambu bol itu memang hanya tumbuh di Papua,”
kata Karim. Jawaban mereka juga sama: belum pernah melihat jambu bol
seperti itu. Made Supala lantas mengirimkan foto jambu bol unik itu
kepada peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Bogor, Made
Sri Prana PhD. “Saya juga belum pernah melihatnya sebelumnya,” kata
mantan Kepala Kebun Raya Bogor pada 1983—1987 itu. Begitu juga kepala
Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB, Sobir PhD.
Jambu bol bulat asal Papua itu diduga varian jambu bol Syzygium malaccense |
Varian
Menurut Greg Hambali, jambu bol bulat asal Papua itu kemungkinan
varian jambul bol Syzygium malaccensis. “Varian itu kemungkinan muncul
akibat persilangan alami di alam,” ujar Greg. Pendapat serupa juga
dilontarkan Made Sri Prana. “Ini menjadi bukti kekayaan hayati negara
kita luar biasa. Oleh karena itu saya berharap jambu bol itu segera
diperbanyak sebelum didahului negara lain,” ujar doktor alumnus
University of Birmingham, Inggris, itu.
Reza menuturkan jambu bol itu berpotensi dikembangkan sebagai buah
konsumsi karena berukuran besar dan porsi buah yang dapat dikonsumsi
tergolong tinggi karena berdaging tebal. “Hanya saja soal rasa masih
perlu diperbaiki. Jambu bol terakhir yang saya temukan rasanya justru
cenderung hambar,” kata Karim. Ia menduga rasa kurang manis itu karena
pohon jambu bol ternaungi pohon mangga dan kelapa sehingga intensitas
matahari yang diterima tanaman kurang. Akibatnya fotosintesis kurang
optimal. Sementara pohon jambu bol yang rasa buahnya manis tumbuh
menyendiri di tepi tebing sehingga terpapar sinar matahari penuh. “Kalau
soal rasa dapat diperbaiki dengan pemupukkan intensif,” ujar Reza.
Menurut Made Sri Prana rasa buah juga dapat diperbaiki dengan
mengawinsilangkan jambu bol bulat itu dengan jambu bol unggul berasa
manis. Itulah yang rencananya akan ditempuh Made Supala. Ia berencana
menyilangkan jambu bol papua itu dengan varian jambu bol asal Spanyol
yang rasanya manis. Jambu bol asal Negeri Matador itu juga tahan simpan
hingga 6—7 hari dalam suhu ruang karena berdaging padat. Sementara jambu
bol bulat dan hitam asal Papua yang sudah matang hanya tahan 2,5 hari.
Dengan persilangan itu diharapkan dapat memperpanjang daya simpan jambu
bol papua.
“Kita juga harus berimprovisasi untuk meningkatkan nilai tambah
plasma nutfah yang kita punya,” kata Karim. Dengan begitu di masa
mendatang jambu bol eksotis itu tak sekadar menjadi tanaman koleksi,
tapi juga dapat membanjiri pasar buah tanahair.
dikutip dari Majalah Trubus Edisi Bulan Agustus 2013.